1. Metode Pembelajaran Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

Metode pengajaran TAI adalah suatu metode pengajaran yang dikemukakan oleh Slavin, 1995. “ Team Assisted Individualization” dapat diterjemahkan sebagai kelompok yang dibantu secara individual atau kelompok di mana ada seorang asisten yang membantu secara individual. Metode pengajaran TAI ini merupakan teori belajar konstruktivisme dan teori belajar kognitif. Jadi, metode TAI merupakan metode pengajaran secara kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusifbagi peserta didiknya.


Menurut Robert E. Slavin (2010) model pembelajaran TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang membuat model pengajaran individual menjadi tidak efektif. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari kelompok heterogen.

Dalam model pembelajaran TAI, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya yang beragam. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dan ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu. Pada awalnya, jenis model ini dirancang khusus untuk mengajarkan matematika SD kelas 3-6. Akan tetapi, pada perkembangan berikutnya, model ini mulai diterapkan pada materi-materi pelajaran yang berbeda.(Huda, 2011:128)

2. METODE PEMBELAJARAN STAD

Salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang efektif adalah Student Teams Achievement Divisions ( STAD). STAD terdiri dari rangkaian pembelajaran yang sederhana, belajar kooperatif dalam memadukan kemampuan kelompok- kelompok dan kuis-kuis disertai penghargaan yang diberikan kepada kelompok-kolompok yang anggotanya paling sukses melampaui nilai mereka sendiri sebelumnya. Metode STAD adalah metode pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan perbedaan akademik, ras, jenis kelamin dan sebagainya sehingga tercipta kelompok belajar yang heterogen. Tiap anggota tim menggunakan lembar anggota akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara Individual atau tim tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memiliki skor sempurna diberi penghargaan.

Dalam STAD, kelompok terdiri atas empat atau lima peserta didik yang mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras. Kelompok merupakan tampilan yang paling penting dalam STAD, dan penting pula bagi pendidik untuk mengarahkan anggota masing-masing kelompok. Slavin menyarankan peringkat para peserta didik dalam kemampuan akademik dibuat terlebih dahulu. Masing-masing kelompok akan terdiri atas seorang peserta didik dan kelompok atas, seorang peserta didik dan kelompok bawah, dan dua orang peserta didik dengan kemampuan rata-rata. Pembentukan kelompok dengan cara semacam ini bertujuan agar diperoleh kesetaraan di antara kelompokkelompok tersebut. Keseimbangan dalam jenis kelamin dan ras juga harus menjadi pertimbangan. Dengan demikian, masing-masing kelompok kurang lebih sama dalam berbagai aspek. pendidik memperesentasikan pelajaran dan kemudian peserta didik bekerjasama tim untuk memastikan seluruh anggota tim telah menuntaskan pelajaran dengan baik.

Akhirnya, semua peserta didik menjalani kuis perseorangan tentang pelajaran tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu. Adapun penghargaan yang diberikan adalah penghargaan kelompok. Karena skor kelompok didasarkan pada kemajuan yang diperoleh peserta didik atas nilai sebelumnya, siapapun bisa menjadi “bintang” kelompok dalam satu minggu itu.

3. METODE PEMBELAJARAN NHT

NHT (Numbered Heads Together) adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview mata pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi pelajaran (Isjoni, 2002: 78). Pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. (Isjoni, 2002:78).

Menurut Ibrahim sebagaimana dikutip oleh Herdian (2009) Number Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Menurut Miftahul Huda (2011:138) Number Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan meningkatkan kerja sama siswa. Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:232) Number Head Together (NHT) merupakan metode pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas yang didiskusikan. Sedangkan menurut Anita Lie (2004:59) Number Head Together(NHT) dikembangkan oleh spencer kagan 1992, teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.

4. METODE PEMBELAJARAN TGT

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Dalam TGT siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri tiga sampai lima siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Dalam TGT ini digunakan turnamen akademik, dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain yang mencapai hasil atau prestasi serupa pada waktu lalu. Komponen-komponen dalam TGT adalah penyajian materi, tim, game, turnamen dan penghargaan kelompok.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kemampuan akademiknya setara. Hasilnya, siswasiswa yang berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan kelompok tetap sama, tetapi siswa yang mewakili kelompok untuk bertanding dapat berubah-ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing anggota. Misalnya mereka yang berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding melawan siswa-siswa kemampuannya sama dapat bertanding melawan siswa-siswa yang berprestasi tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu.

5. METODE PEMBELAJARAN JIGSAW

Menurut Handayani (2010:3) definisi dari jigsaw merupakan,pembelajaran kooperatif suatu model pembelajaran yang dirancang agar siswa mempelajari informasi-informasi divergen dan tingkat tinggi melalui kerja kelompok.

Menurut Lie (2004) jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yanglain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Dalam jigsaw masing-masing anggota diberi bagian materi untuk dipelajari oleh seluruh anggota kelompok dan mereka menjadi si ahli pada kelompoknya. Murid harus saling mengajarkan satu sama lain, sehingga partisipasi dan bantuan setiap orang sangatlah penting (Woolfolk, 2004).

Anggota kelompok harus bekerja sama sebagai tim untuk menyelesaikan tugas bersama. Kerjasama ini memudahkan interaksi atau hubungan timbalbalik diantara semua murid di kelas, memimpin mereka untuk menghargaisatu sama lain sebagai penyumbang untuk tugas bersama mereka(Aronson, 2007).

Adapun tujuan dari teknik jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan metode alternatif disamping ceramah dan membaca.
b. Mengkaji ketergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berpikir.
c. Menyediakan kesempatan berlatih dan mendengarkan untuk melatih kognisi siswa dalam menyampaikan informasi.

Post a Comment

 
Top